Tuesday, May 7, 2013

Ironisnya pembangunan perikanan budidaya

Mengingat pentingnya makan ikan bagi kesehatan tak hanya melekat pada kebiasaan orang Belitong yang kerap mengatakan “tak makan bila tidak dengan ikan”, masyarakat dunia pun kini telah menyadari keunggulan ikan dibandingkan produk hewani lainnya dengan merubah pola konsumsi dari red meat ke white meat, hingga kecenderungan untuk mengkonsumsi fast food berbahan dasar ikan sebagai akibat meningkatnya aktivitas kehidupan manusia khususnya di perkotaan (people on the run).

Petani pembudidaya hendaknya berbesar hati telah memberikan kontribusi yang besar terhadap pemenuhan kebutuhan akan protein hewani yang sehat dan tentunya bebas bahan pengawet/kimia berbahaya (seperti formalin) serta dapat diperoleh dalam keadaan hidup atau segar. Tentu saja upaya mereka harus terus mendapat perhatian serius dari pemerintah. Beberapa kendala diantaranya: mahalnya harga pakan, sulitnya mencari benih, sulitnya pemasaran hingga harga yang terus ditekan karena persaingan yang semakin kompetitif. Beberapa permasalahan yang mereka hadapi hendaknya dapat dicarikan solusi atau penyelesaian.

Keberadaan sarana pemerintah seperti Balai Benih Ikan/Ikan Pantai (BBI/BBIP) tugas dan fungsinya harus dapat dioptimalkan lagi ke depan, sebagai penyalur benih, penghasil dan penyalur induk (bank induk) bermutu, pembina Unit Pembenihan Rakyat (UPR) yang tersebar di masyarakat hingga sebagai pusat penelitian dan pengembangan perikanan budidaya yang dapat dirasakan manfaatnya bagi perkembangan dunia budidaya khususnya di Kab Belitung ini.

BBI hendaknya tidak hanya sekadar dipandang sebagai sarana penghasil Pendapatan Asli Daerah (PAD) saja, tetapi lebih kepada secondary effect-nya, yaitu menjadi wadah dan ujung tombak pembangunan budidaya perikanan serta eksistensi dan peranannya bagi masyarakat.

Pembangunan unit-unit Balai Budidaya yang baru diharapkan tidak hanya sebagai pelengkap fasilitas di tiap kabupaten/kota atau provinsi saja, tapi harus betul-betul dapat menjalankan fungsinya dengan baik sesuai kapasitasnya.
Sebagai penghasil benih yang bermutu di kondisi daerah apabila kebutuhan benih belum sepenuhnya dapat disuplai dari masyarakat, namun dapat tetap eksis membina masyarakat untuk dapat menghasilkan benih yang bermutu secara mandiri. Suatu balai diharapkan secara aktif melakukan berbagai inovasi teknologi dan menempatkan diri sebagai contoh penerapan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB) di masyarakat atau sebagai demplot bagi pengembangan budidaya yang betul-betul efektif dan layak diusahakan dalam upaya meningkatkan perekonomian masyarakat.

Menjadi tempat adopsi teknologi nasional maupun internasional untuk dikembangkan dan diterapkan agar betul-betul cocok dan dapat diadaptasikan bagi kita yang berada di negeri laskar pelangi.

Uji coba pengembangan berbagai komoditas jenis baru maupun upaya pelestarian terhadap beberapa komoditas asli daerah yang ditakutkan akan punah akibat kondisi lingkungan yang kurang bersahabat akhir-akhir ini bagi kelangsungan komoditas tersebut untuk berkembangbiak secara alami. Serta secara aktif balai diharapkan juga mampu melakukan berbagai pengembangan pembuatan pakan buatan yang ekonomis dan benar-benar dapat diaplikasikan di masyarakat sehingga harga produksi dapat ditekan.

Kesulitan pemasaran diantaranya dapat diatasi dengan keberadaan pasar atau depo pemasaran ikan hidup yang dapat menampung hasil ikan konsumsi maupun benih dari masyarakat agar dapat dipasarkan dalam jumlah yang besar, kontinyu dan jalurnya jelas serta terkoordinasi dengan baik oleh pemerintah.

Berbagai ketrampilan pembuatan produk olahan sangat didambakan petani pembudidaya disaat pasokan ikan sedang banyak dan harga ikan menjadi terpuruk. Berkaca dari Thailand yang sukses meramu perikanannya menjadi industri besar berkonsep From Farm to Table, menjadikannya mampu melahirkan nilai tambah (value added) dari komoditas perikanan yang mereka produksi.

Produksi dilakukan dengan konsep berkelanjutan (sustainable), bebas antibiotik, dan memperhatikan lingkungan, hingga pasca panen yang dititik-beratkan pada keamanan pangan sebagai suatu usaha yang terintegrasi mulai dari budidaya hingga pengolahannya.

Dunia budidaya memiliki prospek cerah untuk ditingkatkan di masa mendatang, terutama disaat dunia perikanan tangkap suatu saat tak lagi menjanjikan.

Hal ini mengingat budidaya perikanan memiliki keragaman hayati yang besar dan kita mengenal tiga macam ekosistem, yaitu perikanan tawar (<5 ppt), perikanan payau (5-30 ppt), serta perikanan laut (31-35 ppt).
Besaran potensi perikanan tersebut sangatlah luas yang tersebar di semua kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini yang pemanfaatannya belum optimal, sehingga upaya pengoptimalannya ke depan masih terbuka lebar.

Kerjasama dan dukungan dari semua pihak sangat dibutuhkan, baik dari pihak akademisi dalam penyiapan SDM, pihak peneliti diantaranya LIPI yang telah berkesempatan melakukan berbagai penelitian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, pihak swasta melalui program CD-nya, dukungan masyarakat perikanan, komitmen pemerintah dalam menempatkan SDM aparatur yang berkompeten hingga yang terpenting adalah peranan pemerintah dalam mengkolaborasi kesemuanya menjadi sesuatu yang efektif dan efisien guna menunjang pembangunan di negeri ini dengan dunia perikanan budidayanya yang lebih maju lagi ke depan.

No comments:

Post a Comment